Jakarta,jacktv news,
Yogyakarta – Stasiun Lempuyangan telah menunjukkan peran strategisnya sebagai salah satu akses pintu gerbang Kota Yogyakarta sekaligus simpul mobilitas terpenting di wilayah Yogyakarta ke kota-kota penopang di sekitarnya. Berdasarkan data KAI Daop 6 Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan telah melayani sebanyak 681.523 penumpang kereta api jarak jauh pada Triwulan I tahun 2025. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dimana Stasiun Lempuyangan sebanyak 676.777 penumpang.
Manager Humas KAI Daop 6 Yogyakarta Feni Novida Saragih mengatakan bahwa kenaikan ini tidak hanya menunjukkan tren positif dari sisi jumlah pengguna jasa, tetapi juga menegaskan bahwa Stasiun Lempuyangan terus berkembang dan menunjukkan perannya sebagai infrastruktur vital yang menopang dinamika kehidupan masyarakat baik dalam hal pendidikan, pekerjaan, pariwisata, maupun kegiatan ekonomi lainnya. Stasiun Lempuyangan menjadi simpul transportasi andalan yang melayani berbagai kelas KA dengan mayoritas yang dilayani adalah KA dengan kelas Ekonomi baik Ekonomi Komersial maupun Ekonomi PSO pemerintah serta KA Lokal KRL untuk mendukung perekonomian masyarakat lokal dengan karakteristik yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Lebih jauh Feni menambahkan, tren pertumbuhan penumpang bahkan menunjukkan peningkatan yang lebih signifikan dari tahun 2023 ke 2024. Pada Triwulan I tahun 2024, volume penumpang KA meningkat sebesar 26,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Tercatat sebanyak 535.932 penumpang menggunakan layanan di Stasiun Lempuyangan pada Triwulan I 2023, yang kemudian melonjak menjadi 676.777 penumpang pada tahun berikutnya.
Selain layanan kereta jarak jauh, peningkatan juga terlihat pada layanan KRL Commuterline Yogyakarta–Palur PP yang turut dilayani melalui Stasiun Lempuyangan. Pada Triwulan I 2025, volume penumpang KRL tercatat sebanyak 282.684 penumpang, naik signifikan sebesar 17,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 yang mencatat 241.513 penumpang. Kenaikan ini juga mengindikasikan bahwa masyarakat semakin memanfaatkan KRL sebagai moda transportasi andalan untuk mobilitas harian antarkota dalam wilayah aglomerasi Yogyakarta–Solo.
“Lonjakan ini mencerminkan pergeseran preferensi masyarakat terhadap moda transportasi kereta api yang semakin diminati karena keandalan, keterjangkauan, ketepatan waktu, dan konektivitasnya yang luas,” kata Feni.
Sebagai stasiun yang berada di jantung kota, Lempuyangan memiliki karakteristik unik: melayani perjalanan kereta api kelas ekonomi dan lokal yang menjangkau berbagai segmen masyarakat. Mobilitas pelajar dan mahasiswa menuju Yogyakarta sebagai kota pendidikan, pergerakan para pekerja antarkota, hingga kunjungan wisatawan ke berbagai destinasi unggulan di DIY, seperti Malioboro, Keraton, dan lainnya, sebagian besar ditopang oleh aksesibilitas yang disediakan stasiun ini.
Feni menilai bahwa capaian di atas juga menjadi indikator meningkatnya kepercayaan publik terhadap layanan kereta api yang semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat modern. Di tengah tantangan mobilitas perkotaan dan pertumbuhan ekonomi regional, peran moda transportasi massal berbasis rel dinilai semakin krusial.
“Peningkatan volume penumpang di Stasiun Lempuyangan bukan hanya soal angka, tetapi cerminan nyata dari perubahan pola mobilitas masyarakat yang semakin mengandalkan transportasi massal yang mengutamakan keselamatan, efisiensi, ketepatan waktu, dan kenyamanan dalam bepergian. Ini menunjukkan bahwa kereta api bukan hanya alternatif, tetapi mulai menjadi andalan dalam keseharian masyarakat,” jelas Feni.
Ia menambahkan bahwa KAI terus berkomitmen untuk memperkuat kualitas layanan di seluruh aspek, termasuk pengelolaan sistem perjalanan, sistem reservasi, fasilitas umum, serta integrasi antarmoda yang mendukung kelancaran akses penumpang.
Dalam konteks pembangunan transportasi yang berkelanjutan untuk lingkungan, Stasiun Lempuyangan juga memegang peran penting sebagai pintu gerbang mobilitas rendah emisi karbon di wilayah Yogyakarta. KAI mendukung program pemerintah dalam mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal, sebagai langkah strategis untuk mengurangi kemacetan dan polusi di pusat kota.
“Kami percaya bahwa peran stasiun bukan hanya sebagai tempat naik-turun penumpang, tetapi juga sebagai simpul yang menghubungkan berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan yang berkelanjutan. Karena itu, KAI terus berkomitmen mengembangkan layanan KA yang inklusif, adaptif, inovatif, dan berkelanjutan,” tutup Feni.
Dengan tingginya minat masyarakat untuk menggunakan kereta api dari dan menuju Stasiun Lempuyangan, serta melalui kolaborasi yang baik antara KAI dengan para stakeholders untuk meningkatkan integrasi antarmoda dan konektivitas, diharapkan kehadiran Stasiun Lempuyangan akan terus berkontribusi bagi perekonomian lokal dan menjadi pilar penting dalam pengembangan sistem transportasi yang efisien, berkelanjutan, dan merata di Yogyakarta dan sekitarnya.