Jacktv.news

Sabtu, 24 Mei 2025

Jayapura  Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Ribka Haluk mengunjungi Sekretariat Satuan Kerja Kesejahteraan Prajurit (SKKP) se-Tanah Papua di Kampung Nendali, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (23/5/2025). Ia disambut hangat oleh para tokoh dan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SKKP se-Tanah Papua, termasuk Ketua DPW Yohannis Manangsang. Ribka menyampaikan pesan penting tentang arah pembangunan nasional, khususnya penguatan sumber daya manusia (SDM) yang menjadi fondasi Indonesia Emas 2045.

Dalam arahannya, Ribka menyampaikan amanat langsung dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan menggambarkan urgensi transformasi besar bangsa dalam membangun kualitas manusia Indonesia. Ia menyebut, kehadirannya merupakan bagian dari penugasan strategis untuk memperkuat sinergi pusat dan daerah dalam melaksanakan agenda prioritas Presiden Prabowo.

“Saya menyampaikan salam hormat dari Bapak Menteri Dalam Negeri. Kami telah berdiskusi panjang sebelum saya berangkat ke Papua, dan beliau memberi arahan agar seluruh jajaran bekerja sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi), menjalankan mandat Presiden dengan sebaik-baiknya,” ujar Ribka.

Lebih lanjut, Ribka menjelaskan urgensi berbagai program nasional yang perlu didukung. Ini seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi satu dari delapan kebijakan tematik Presiden. Program ini merupakan intervensi langsung negara dalam memperbaiki kualitas generasi penerus, dengan menyasar ibu hamil, balita, dan anak-anak sekolah.

“Pembangunan manusia bukan sekadar membangun infrastruktur fisik. Jalan bisa dibangun dalam dua tahun, tetapi membangun manusia bisa butuh dua dekade atau lebih,” tegas Ribka.

Ia menekankan, transformasi SDM harus dimulai sejak pranikah, bahkan dari masa kehamilan. Ia menyitir pentingnya “1.000 Hari Pertama Kehidupan”, yang dalam kajian medis terbukti menentukan masa depan kecerdasan dan kesehatan seseorang. Sayangnya, banyak keluarga di pelosok masih belum memahami pentingnya hal ini.

“Masih banyak ibu yang memberi makanan seadanya. Mohon maaf bukan menyinggung, namun pada kenyataannya anak-anak masih banyak didapati diberi makanan sembarangan, padahal usus mereka belum siap. Kita harus ubah ini,” ucapnya prihatin.

Ribka mengajak semua pihak, termasuk SKKP, tokoh agama, tokoh adat, dan komunitas pendidikan untuk bergerak bersama dalam gerakan kolektif membangun generasi unggul. Ia menggambarkan, persoalan SDM bukan hanya di Papua, tetapi masalah nasional yang harus dihadapi dengan kesadaran kolektif dan kerja keras bersama. “Kalau kita tidak mulai hari ini, 2045 tinggal mimpi. Kita akan disisihkan dari kompetisi global,” katanya tegas.

Dirinya juga menyinggung realitas lapangan yang masih memprihatinkan. Ia menceritakan pengalamannya saat mengunjungi sekolah-sekolah di berbagai provinsi. Ia menyaksikan langsung anak-anak yang datang ke sekolah dalam keadaan lapar, lelah, dan mengantuk karena harus bekerja dulu di rumah sebelum berangkat sekolah.

“Kalau kita lihat anak-anak berdiri, tinggi badan dan berat badannya tidak sesuai. Ini bukan sekadar angka, ini potret masa depan kita. Ada yang umur 11 tapi posturnya seperti 7 tahun. Ada anak yang sadar bahwa dirinya kecil dibandingkan teman-temannya,” ujar Ribka.

Ia menekankan pentingnya intervensi terukur, termasuk evaluasi terhadap perkembangan anak-anak penerima program MBG. Menurutnya, program ini bukan hanya soal distribusi makanan, tapi juga menghidupkan ekosistem pertanian, peternakan, dan ekonomi lokal.

“Kita punya hasil laut dan danau yang melimpah, kita juga bisa beternak, maka kita harus memanfaatkan potensi lokal. Ini peluang besar bagi petani, peternak, dan UMKM Papua,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Ribka mengapresiasi struktur dan formalisasi organisasi SKKP yang dinilainya telah matang. Ini ditandai dengan legalitas yang jelas, serta dilantiknya pengurus tingkat provinsi hingga kabupaten/kota. Ini mencerminkan bahwa SKKP telah menjadi kekuatan baru dalam gerakan transformasi sosial di Papua.

Ribka menegaskan, meski bukan organisasi ‘plat merah’, justru di situlah kekuatannya. SKKP menurutnya menjadi wadah partisipasi masyarakat dan bentuk konkret kolaborasi negara dengan masyarakat sipil dalam mendorong transformasi sosial. “Nama ‘Prajurit’ itu semangat. Ini bukan militerisme, tapi refleksi dari daya juang dan disiplin dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat,” tegasnya.

Ia menyampaikan sebuah refleksi inspiratif dan mengajak masyarakat Papua untuk meneladan kisah tokoh dunia yang berhasil mengubah nasibnya melalui kerja keras, ketekunan, dan visi besar. Salah satunya seperti yang disampaikan Bill Gates bahwa, “Kalau saya lahir miskin, itu bukan kesalahan saya. Tapi kalau saya mati miskin, itu adalah kesalahan saya.”

“Artinya, jika saya lahir miskin, itu bukan kesalahan saya atau orang tua saya. Tapi kalau saya mati dalam kemiskinan, itu adalah tanggung jawab saya sendiri. Dia buktikan teori itu. Itu hipotesis, sama seperti dalam ilmu fisika. Dia tidak hanya bicara, tapi dia jalani,” ujar Ribka.

Dengan semangat itu, Ribka berharap anak-anak Papua ke depan bisa meneladan semangat perjuangan dan tanggung jawab pribadi. Menurutnya, setiap anak Papua memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pemimpin, ilmuwan, pengusaha, dan pelopor masa depan.

Ia menutup arahannya dengan sebuah refleksi menyentuh tentang harapan 2045. Papua, yang selama ini disebut sebagai “daerah matahari terbit”, harus menjadi pelopor dalam pembangunan manusia unggul. Dengan sinar matahari pagi yang lebih dulu menyapa Tanah Papua, ia menyebut daerah tersebut juga harus lebih dulu menyiapkan generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan tangguh.

“Kita terima vitamin D duluan dari matahari. Tapi bukan hanya itu, kita juga harus punya intelektual yang kuat. Kita harus antarkan anak-anak kita menjadi generasi unggul. Hari ini, kita adalah para legasi. Kitalah para pendiri cerita, peletak dasar sejarah menuju 2045,” pungkasnya penuh semangat.

Sementara itu, Ketua DPW SKKP se-Tanah Papua Yohannis Manangsang mengungkapkan rasa apresiasi dan hormat atas kehadiran Wamendagri Ribka Haluk. Menurutnya, Ribka merupakan tokoh perempuan yang patut dihormati dan dibanggakan.

“Terima kasih Ibu, atas kehadirannya di tempat yang kecil ini, di tengah hutan. Terima kasih karena Ibu berkenan turun dari tempat yang tinggi ke tempat kami yang rendah ini. Pertemuan sore hari ini bukanlah pertemuan biasa. Ini adalah pertemuan yang menurut saya, hanya bisa terjadi karena anugerah Tuhan,” ungkapnya.

Ia menegaskan, program-program pemerintah pusat seperti MBG telah membangkitkan harapan besar masyarakat Papua. Ia juga menyampaikan inisiatif pendirian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk menjangkau program tersebut lebih luas, sekaligus sebagai pusat interaksi sosial, edukasi gizi, hingga penggerak ekonomi lokal. “Kami percaya bahwa melalui pelayanan gizi yang serius, kita akan lahirkan generasi Papua yang unggul, sehat fisik, sehat otak, dan siap menyumbang bagi Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Dirinya menekankan bahwa SKKP merupakan mitra sipil pemerintah. “Kami adalah prajurit sipil yang bergerak tanpa gaji, tanpa modal dari negara. Kami adalah masyarakat biasa [yang terdiri dari] pensiunan, relawan, dosen, petani, tapi dengan hati yang luar biasa,” tegasnya.

Mereka yang hadir pada pertemuan tersebut menyampaikan komitmennya untuk menjadikan Papua sebagai pilar utama dalam pembangunan manusia Indonesia.

Puspen Kemendagri

(Red)

Reporter: Jakarta